Berita
Sejarah Singkat Museum
Pusat Penelitian
Purbakala dan Peninggalan Nasional bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas
Sastra Universitas Indonesia dalam Proyek
Penelitian dan Penggalian Purbakala mengadakan
kegiatan penelitian berupa Eskavasi Banten pada tahun 1976/1977. Pada kegiatan penelitian tersebut terkumpul
banyak artefak antara lain berupa keramik dan gerabah dalam beberapa bentuk (utuh, setengah utuh, dan pecahan),
artefak logam, artefak batu, sisa material bangunan dan artefak lainnya. Hasil temuan
tersebut menjadi data yang memberikan informasi mengenai kehidupan masyarakat
Banten Lama di masa lalu.
Proyek penelitian kepurbakalaan Banten Lama dengan tema-tema yang berbeda terus berlanjut sampai tahun 1990-an, hingga sampailah pada pembuktian bahwa di masa lalu Banten Lama sebagai pusat Kesultanan Islam yang juga menjadi salah satu pusat perdagangan dan pelabuhan besar di Nusantara. Hasil temuan penelitian berupa artefak-artefak sebagai bukti-bukti kehidupan masa lalu yang berhasil dikumpulkan dalam suatu bangunan yang disebut werkeet (bengkel kerja) dianggap sangat penting untuk disampaikan kepada masyarakat umum dalam rangka menanamkan cinta terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa dan pendidikan sejarah. Oleh karenanya, tercetuslah ide untuk mendirikan suatu tempat penyajian benda-benda hasil temuan penggalian Banten Lama sebagai pusat informasi cagar budaya kawasan Banten Lama. Perkembangan berikutnya Pusat Informasi tersebut menjadi Museum Situs Kepurbakalaan dengan tampilan yang menarik perhatian masyarakat.
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama diresmikan tanggal 15 Juli 1985 oleh Prof. Dr. Harjati Soebadio, Direktur Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Luas Lahan dan Bangunan Museum
Museum dibangun di atas tanah seluas 10.000 m² dengan luas bangunan 778 m².
Kelembagaan Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama
Proyek penelitian kepurbakalaan Banten Lama dengan tema-tema yang berbeda terus berlanjut sampai tahun 1990-an, hingga sampailah pada pembuktian bahwa di masa lalu Banten Lama sebagai pusat Kesultanan Islam yang juga menjadi salah satu pusat perdagangan dan pelabuhan besar di Nusantara. Hasil temuan penelitian berupa artefak-artefak sebagai bukti-bukti kehidupan masa lalu yang berhasil dikumpulkan dalam suatu bangunan yang disebut werkeet (bengkel kerja) dianggap sangat penting untuk disampaikan kepada masyarakat umum dalam rangka menanamkan cinta terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa dan pendidikan sejarah. Oleh karenanya, tercetuslah ide untuk mendirikan suatu tempat penyajian benda-benda hasil temuan penggalian Banten Lama sebagai pusat informasi cagar budaya kawasan Banten Lama. Perkembangan berikutnya Pusat Informasi tersebut menjadi Museum Situs Kepurbakalaan dengan tampilan yang menarik perhatian masyarakat.
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama diresmikan tanggal 15 Juli 1985 oleh Prof. Dr. Harjati Soebadio, Direktur Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Luas Lahan dan Bangunan Museum
Museum dibangun di atas tanah seluas 10.000 m² dengan luas bangunan 778 m².
Kelembagaan Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama merupakan salah satu Unit Kerja pada Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten, yang wilayah kerjanya meliputi Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Lampung yang beralamat di Jl. Letnan Djidun (Kompleks Perkantoran), Kepandean, Serang. Telp/Fax (0254) 203-428.
Pengunjung
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama telah dikunjungi oleh berbagai kalangan. Berdasarkan data pengunjung, diketahui bahwa pengunjung museum ini terdiri dari masyarakat umum, pelajar (TK, SD, SLTP, SLTA, dan Mahasiswa), ormas/LSM, wisatawan asing, serta tamu-tamu negara baik dari dalam maupun dari luar negeri. Jumlah pengunjung pada museum ini meningkat setiap tahunnya, sebagaimana tampak pada tabel berikut ini yang menunjukkan data pengunjung selama 2 tahun terakhir (2018-2019).
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama telah dikunjungi oleh berbagai kalangan. Berdasarkan data pengunjung, diketahui bahwa pengunjung museum ini terdiri dari masyarakat umum, pelajar (TK, SD, SLTP, SLTA, dan Mahasiswa), ormas/LSM, wisatawan asing, serta tamu-tamu negara baik dari dalam maupun dari luar negeri. Jumlah pengunjung pada museum ini meningkat setiap tahunnya, sebagaimana tampak pada tabel berikut ini yang menunjukkan data pengunjung selama 2 tahun terakhir (2018-2019).
Kunjungan Bapak Wahidin, Gubernur Banten, ke Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama
Tabel Data Pengunjung
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama
No. Tahun Jumlah Pengunjung
1. 2018 37.415
2. 2019 67.365
Sumber: Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama
Sarana dan Prasarana
Fasilitas yang tersedia di Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama terdiri dari :
- Ruang meeting ber AC (kapasitas + 30 orang)
- Halaman berumput (untuk berkemah, dll.)
- Tempat parkir
- Ruang Musola
- Toilet
- Pemanduan Museum dan atau Pemanduan Situs-situs sekitar museum
Sejarah Kerajaan Banten
BalasHapusSebagaimana diketahui bahwa Banten Lama merupakan situs kota Islam, bekas ibukota Kerajaan Banten yang didirikan pada 1526, setelah dipindahkannya dari pedalaman, yakni Banten Girang (Djajadiningrat, 1983: 145-146). Raja pertamanya adalah Hasanuddin yang merupakan putra Sunan Gunung Jati dari Cirebon. Ia memerintah pada 1552-1570. Pada masa pemerintahannya didirikan Keraton Surosowan, yang merupakan istana tempat tinggal raja dan keluarganya. Hasanuddin wafat pada 1570 (Michrob, 1993: 69-71). Pengganti Hasanuddin adalah putranya yang terkenal dengan nama Maulana Yusuf. Pada 1580, Maulana Yusuf wafat dan digantikan oleh putranya, yakni Maulana Muhammad, yang baru berumur 9 tahun sehingga pemerintahan dipegang oleh Mangkubumi sampai raja sendiri menjadi dewasa. Maulana Muhammad wafat 1627 pada saat melakukan penyerangan ke Palembang. Kemudian ia digantikan oleh putranya, Abdulmufakhir yang baru berusia lima bulan dan pemerintahan dipegang oleh seorang Mangkubumi. Ternyata masalah perwalian itu banyak menimbulkan perselisihan. Keadaan baru mereda setelah tampil tokoh kuat yang bernama Pangeran Ranamenggala yang mengendalikan pemerintahan hingga wafatnya, pada 1624 (Michrob, 1993: 73-77).
Banten mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1672). Pada masa kejayaannya, Banten banyak mengalami konflik dengan Kompeni Belanda yang mengakibatkan ditangkapnya Sultan Ageng Tirtayasa dan dipenjarakan di Batavia hingga wafatnya pada 1692 (Tjandrasasmita dalam Michrob, 1993: 158). Setelah era kejayaannya, Banten langsung mengalami kemunduran. Pada masa itu Banten diperintah oleh Sultan Haji yang menjalin kerjasama dengan Kompeni (Michrob, 1993: 89-95).
Banten semakin mundur terutama akibat semakin gencarnya blokade-blokade Kompeni atas wilayah-wilayah Banten yang potensial. Kemunduran Banten berlanjut hingga masa pemerintahan Sultan Muhammad Syafiuddin yang pada 1813 dipaksa turun tahta oleh Raffles dan menyerahkan jabatan pemerintahan Banten kepada pemerintah Inggris. Kesultanan Banten dihapuskan. Gelar “Sultan” boleh dipakai terus dan kepada Sultan diberi 10.000 Ringgit Spanyol setahun. Sultan Syafiuddin digantikan oleh Muhammad Rafiuddin, yang pada 1832 juga diasingkan ke Surabaya karena dituduh berkomplot dengan bajak laut. Sejak itu, Kesultanan Banten runtuh (Michrob, 1993: 67-176).
Silsilah Raja Banten
No. Nama Tahun Pemerintahan
1. Maulana Hasanuddin Panembahan Surosowan 1552-1570
2. Maulana Yusuf Panembahan Pekalangan Gede 1570-1580
3. Maulana Muhammad, Pangeran Ratu ing Banten 1580-1596
4. Sultan Abul Mafakhir Mahmud ‘abdul kadir kenari 1596-1651
5. Sultan Ageng Tirtayasa ‘Abul Fath ‘Abdul Fattah 1651-1672
6. Sultan ‘Abun Nasr ‘Abdul Kahhar-Sultan Haji 1672-1687
7. Sultan Abdulfadhl 1687-1690
8. Sultan Abul Mahasin Zainul ‘Abidin 1690-1733
9. Sultan Muhammad Syifa’ Zainul ‘Arifin 1733-1750
10. Sultan Syarifuddin Ratu Wakil 1750-1752
11. Sultan Muhammad Wasi’ Zainul Alimin 1752-1753
12. Sultan Muhammad ‘Arif Zainul Asyikin 1753-1773
13. Sultan “Abul Mafakir Muhammad Aliyuddin 1773-1799
14. Sultan Muhyiddin Zainussholihin 1799-1801
15. Sultan Muhammad Ishaq Zainul Muttaqin 1801-1802
16. Sultan Wakil Pangeran Natawijaya 1802-1803
17. Sultan Agilludin (Aliyuddin II) 1803-1808
18. Sultan Wakil Pangen Suramanggala 1808-1809
19. Sultan Muhammad syafiuddin 1809-1813
20. Sultan Muhammad Rafiuddin 1813-1820
Sumber: Halwany Michrob, 1993